kppnbojonegoro.net – Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) di Banten, Indonesia, merupakan habitat terakhir bagi badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), salah satu spesies badak paling langka di dunia. Namun, upaya konservasi yang intensif dihadapkan pada ancaman serius dari para pemburu liar. Baru-baru ini, tiga pemburu badak Jawa yang tertangkap di TNUK terungkap memiliki hubungan keluarga: kakak, adik, dan sepupu.
Taman Nasional Ujung Kulon adalah rumah bagi sekitar 72 badak Jawa, yang merupakan populasi terakhir dari spesies ini di dunia. Konservasi badak Jawa menjadi prioritas utama karena spesies ini terancam punah akibat hilangnya habitat dan perburuan liar. Badak Jawa sangat berharga di pasar gelap karena tanduknya yang dipercaya memiliki khasiat obat dan nilai seni tinggi.
Pada awal Desember 2024, tim patroli TNUK berhasil menangkap tiga pemburu badak Jawa yang beroperasi di dalam kawasan konservasi. Ketiga pelaku ternyata adalah saudara: kakak, adik, dan sepupu. Mereka berasal dari sebuah desa di sekitar TNUK yang dikenal sebagai daerah rawan perburuan liar.
Kakak beradik ini diidentifikasi sebagai Sukirman (40), Sukirno (35), dan Sukirman (38). Mereka mengaku terlibat dalam perburuan badak Jawa karena alasan ekonomi. “Kami tidak punya pilihan lain. Hidup kami sulit, dan kami butuh uang untuk menyambung hidup,” ujar Sukirman saat diinterogasi.
Trio pemburu ini menggunakan metode tradisional namun efektif dalam menangkap badak Jawa. Mereka memasang perangkap di jalur-jalur yang sering dilalui oleh badak. Setelah badak terperangkap, mereka akan membunuh hewan tersebut dan mengambil tanduknya untuk dijual di pasar gelap.
Perburuan badak Jawa memiliki dampak yang sangat merugikan terhadap upaya konservasi. Setiap individu badak yang hilang adalah kerugian besar bagi populasi yang sudah sangat kecil. Selain itu, perburuan juga meningkatkan ketakutan dan stres pada hewan-hewan yang tersisa, yang dapat mempengaruhi reproduksi dan kelangsungan hidup spesies ini.
Penangkapan trio pemburu ini merupakan kemenangan kecil bagi pihak berwenang yang berusaha melindungi badak Jawa. Namun, ini juga menunjukkan betapa sulitnya menghentikan perburuan liar di TNUK. “Kami akan terus memperkuat patroli dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi badak Jawa,” ujar Kepala TNUK, Bambang Hendroyono.
Untuk melindungi badak Jawa dari ancaman perburuan liar, berbagai upaya konservasi terus dilakukan. Ini termasuk peningkatan patroli, penggunaan teknologi pemantauan seperti kamera jebak, dan program pendidikan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mendanai dan mendukung program konservasi ini.
Penangkapan trio pemburu badak Jawa di TNUK menunjukkan betapa kompleks dan berbahayanya ancaman terhadap spesies ini. Meskipun upaya konservasi telah dilakukan dengan intensif, perburuan liar tetap menjadi tantangan besar. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat lokal, dan organisasi internasional untuk memastikan kelangsungan hidup badak Jawa dan melindungi habitatnya. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat menjamin bahwa badak Jawa tidak akan punah dari muka bumi.