Situasi Duterte – Kubu Pengadu – Kasus kontroversial yang melibatkan Pastor Apollo Quiboloy, pemimpin Gereja Kingdom of Jesus Christ (KJKC), tetap menarik perhatian publik di Filipina dan dunia internasional. Meskipun sudah berlangsung lama, kasus ini terus mencuat, terutama dalam konteks hubungan politik dengan mantan Presiden Rodrigo Duterte. Salah satu klaim yang mencuri perhatian adalah bahwa Quiboloy tidak terpengaruh oleh situasi politik yang mengelilingi Duterte. Ini menunjukkan kompleksitas dinamika hukum dan politik dalam kasus ini.
Quiboloy adalah tokoh agama dengan pengikut besar di Filipina dan negara lain. Ia memiliki pengaruh kuat, baik dalam aspek spiritual maupun politik. Kedekatannya dengan Presiden Duterte menjadi perhatian utama. Keduanya saling mendukung, dan Quiboloy adalah salah satu pendukung utama dalam kampanye politik Duterte pada Pemilu 2016. Namun, sejak Duterte meninggalkan jabatannya pada 2022, kedekatan ini dipertanyakan, terutama setelah berbagai tuduhan hukum terhadap Quiboloy.
Pada 2021, pihak berwenang Amerika Serikat (AS) menyelidiki Quiboloy dan anggota gerejanya. Mereka dituduh terlibat dalam pelecehan seksual, penipuan, dan pencucian uang. Pemerintah AS menuduh Quiboloy mengeksploitasi pengikutnya dan memaksa mereka bekerja tanpa bayaran. Selain itu, ia juga dituduh menggunakan kedekatannya dengan pejabat Filipina untuk menghindari tuntutan hukum.
Situasi Duterte – Kubu Pengadu
Meski menghadapi tekanan internasional dan tuduhan serius, situasi politik di Filipina tidak banyak memengaruhi kasus ini, terutama setelah pengunduran diri Duterte. Beberapa pengamat politik berpendapat bahwa Quiboloy tetap memiliki pengaruh besar di kalangan elit politik Filipina meskipun Duterte sudah tidak lagi berkuasa. Pengaruh ini berasal dari jaringan yang kuat dan loyalitas pengikutnya yang tetap mendukungnya meski menghadapi masalah hukum.
Banyak yang berharap perubahan politik di Filipina memengaruhi Quiboloy, tetapi kenyataannya tidak demikian. Pengacara dan pendukungnya berpendapat bahwa tuduhan terhadapnya merupakan bagian dari kampanye untuk merusak reputasi dan otoritasnya. Mereka juga menunjukkan bahwa meskipun Duterte tidak lagi menjabat sebagai presiden, ia tetap memiliki pengaruh besar. Dalam konteks ini, Quiboloy tetap menjadi tokoh dengan kekuatan sosial dan politik.
Kasus ini juga memperlihatkan ketegangan antara sistem peradilan Filipina dan kekuatan politik. Banyak yang bertanya-tanya apakah Quiboloy akan benar-benar menghadapi proses hukum yang adil, atau apakah kekuatan politik yang mendukungnya akan terus melindunginya. Kasus ini menunjukkan bagaimana pengaruh politik dan sosial dapat memengaruhi jalannya keadilan.
Quiboloy memiliki kedekatan dengan Duterte dan pengaruh politik yang besar, tetapi hal ini tidak menjamin ia bebas dari tuntutan hukum. Kasus ini terus berkembang, dan meskipun pengaruh politik dapat memperlambat jalannya proses hukum, kedekatan politik tidak selalu mencegah proses hukum berjalan. Keterlibatan Quiboloy dalam kasus ini menjadi contoh penting mengenai hubungan antara kekuasaan, agama, dan hukum di Filipina yang perlu terus diperhatikan.