Barry Jenkins dan Mufasa Menggali Suara Afrika dalam Film Animasi

Barry Jenkins dan Mufasa – Barry Jenkins, sutradara di balik Moonlight dan If Beale Street Could Talk, dipercaya untuk mengarahkan Mufasa: The Lion King, prekuel animasi dari The Lion King (2019). Keputusan Disney memilih Jenkins tidak mengejutkan, mengingat keahliannya dalam mengolah cerita bertema identitas, keluarga, dan perjuangan hidup. Yang menarik adalah pendekatannya terhadap “suara Afrika” dalam film ini.

Pemilihan Barry Jenkins: Langkah Berani

Jenkins dikenal mampu menangkap kedalaman budaya dalam karyanya. Ia memahami representasi budaya dan kerap mengeksplorasi identitas, terutama dalam konteks orang kulit hitam dan Afrika-Amerika. Dalam Moonlight, misalnya, ia memadukan narasi personal dengan konteks budaya lebih luas, menciptakan cerita yang mencerminkan identitas kolektif.

Dengan pengalaman ini, Jenkins membawa perspektif unik ke dalam Mufasa. Film ini tidak sekadar mengisahkan asal-usul Mufasa, tetapi juga menampilkan kekayaan budaya Afrika. “Suara Afrika” yang ia hadirkan bukan sekadar latar, melainkan inti dari cerita.

Menghadirkan Suara Afrika

Bagi Jenkins, “suara Afrika” bukan hanya soal bahasa atau elemen estetika. Ia ingin menyampaikan cerita yang autentik, menggali akar budaya, dan menghormati warisan Afrika. Suara ini tidak terbatas pada bahasa atau aksen, tetapi juga tercermin dalam narasi dan visual.

Elemen musik dan suara latar turut memperkuat pendekatan ini. Jenkins bekerja sama dengan musisi dan komposer untuk menciptakan soundtrack yang menggabungkan musik tradisional Afrika dengan gaya kontemporer. Ini menghubungkan dunia fiksi film dengan realitas budaya Afrika yang kaya.

Menghormati Budaya Afrika

Jenkins mengeksplorasi tema seperti hubungan keluarga, hierarki masyarakat, serta pentingnya tanah dan warisan leluhur. Karakter dalam Mufasa tidak sekadar bagian dari cerita, tetapi juga simbol nilai-nilai budaya Afrika, terutama terkait kepemimpinan dan penghormatan terhadap alam serta leluhur.

Jenkins juga ingin menampilkan Afrika secara utuh, bukan sekadar latar penderitaan seperti yang sering terlihat di Hollywood. Ia menghadirkan Afrika sebagai benua dengan budaya, sejarah, dan keindahan luar biasa.

Musik sebagai Ekspresi Budaya

Musik berperan besar dalam menghadirkan “suara Afrika”. Komposer Nicholas Britell mengintegrasikan elemen musik Afrika dengan pendekatan modern. Musik tidak hanya menjadi latar, tetapi juga ekspresi emosional yang memperkuat tema kekeluargaan, cinta, dan perjuangan.

Jenkins juga memasukkan suara alam Afrika untuk menambah autentisitas. Dari suara alam hingga dialog yang terpengaruh budaya lokal, semuanya dirancang untuk menghormati warisan Afrika.

Barry Jenkins membawa kedalaman budaya dan emosional dalam Mufasa: The Lion King. Dengan menekankan “suara Afrika”, ia tidak hanya mengisahkan asal-usul Mufasa, tetapi juga merayakan budaya Afrika secara autentik dan bermakna. Pendekatan sensitifnya menjadikan film ini bukan sekadar prekuel menarik, tetapi juga karya seni yang mengangkat identitas Afrika dengan penghormatan tinggi.

Kiriman serupa