kppnbojonegoro.net – CEO Amazon, Andy Jassy, secara terbuka mengatakan bahwa efisiensi dari teknologi AI akan memangkas jumlah pekerja kantoran dalam beberapa tahun ke depan. Setelah pengumuman itu muncul, berbagai kanal komunikasi internal perusahaan langsung dipenuhi kritik dari para karyawan.
Banyak dari mereka merasa khawatir terhadap nasib pekerjaan mereka. Beberapa bahkan terang-terangan menyebut keputusan itu sebagai langkah dingin yang hanya mementingkan biaya, bukan kemanusiaan. Mereka meminta kejelasan lebih lanjut mengenai dampak nyata dari rencana efisiensi tersebut.
Kritik Pedas Mengalir di Internal
Salah satu karyawan menyatakan bahwa tak ada hal yang lebih menyedihkan selain mengetahui pekerjaannya akan diganti AI. Kalimat-kalimat bernada sarkastik dan kecewa terus bermunculan, menyoroti keputusan yang dianggap sepihak itu.
Beberapa pegawai menyindir bahwa manajer menengah bisa saja diganti oleh aplikasi AI dan tidak ada yang akan menyadarinya. Mereka melihat keputusan pemangkasan ini sebagai bagian dari strategi “diam-diam tapi pasti” yang terus dijalankan perusahaan.
AI: Alat Pendukung atau Pengganti?
Banyak karyawan mempertanyakan bagaimana seharusnya AI diposisikan di lingkungan kerja. Mereka ingin agar AI dipakai sebagai pendukung produktivitas, bukan sebagai pengganti manusia.
Seorang staf menyebut bahwa seharusnya perusahaan bisa memilih untuk mempertahankan tim yang sudah ada dan fokus pada pengembangan, bukan hanya pemotongan biaya demi efisiensi.
Visi Kepemimpinan Jadi Sorotan
Setiap pengumuman dari CEO kerap memunculkan kecemasan. Banyak karyawan menilai bahwa Amazon sekarang hanya terpaku pada strategi “lakukan lebih banyak dengan lebih sedikit”.
Beberapa bahkan menyayangkan hilangnya semangat inovasi yang dulu menjadi ciri khas perusahaan. Mereka merasa arah kepemimpinan semakin tidak jelas, dan hanya berorientasi pada penghematan.
Ketimpangan dalam Pengambilan Keputusan
Karyawan juga menyoroti ketidakadilan dalam keputusan pemangkasan. Mereka mempertanyakan kenapa pemotongan hanya menyasar staf biasa, sementara jajaran eksekutif tetap bertambah.
“Kenapa pemangkasan hanya untuk kami? Kenapa manajemen puncak tetap aman?” ungkap salah satu karyawan di Slack.
Ketergantungan AI Bisa Bumerang
Beberapa karyawan juga memperingatkan soal potensi bahaya dari ketergantungan terhadap AI. Mereka mengingatkan bahwa AI bisa saja membuat keputusan yang salah jika tak diawasi dengan baik.
Seorang karyawan berkata bahwa AI bukan solusi ajaib. Ia khawatir perusahaan akan mencoba memperbaiki masalah yang justru diciptakan oleh AI itu sendiri.