KPPNBOJONEGORO.NET – Selama ribuan tahun, tulisan hieroglif Mesir kuno menjadi misteri yang tak terpecahkan. Ukiran-ukiran rumit di dinding piramida dan kuil-kuil Mesir memikat para arkeolog dan sejarawan, tetapi maknanya tetap tersembunyi. Semua berubah ketika sebuah lempengan batu ditemukan di Mesir pada akhir abad ke-18—Batu Rosetta. Batu ini menjadi kunci untuk membuka rahasia peradaban Mesir kuno, tetapi pertanyaannya tetap: siapa yang sesungguhnya berhasil memecahkan kode hieroglif ini?
Penemuan Batu Rosetta
Batu tersebut adalah fragmen dari sebuah prasasti yang berasal dari tahun 196 SM. Yang menjadikannya sangat istimewa adalah adanya tiga tulisan pada batu itu: hieroglif (bahasa suci Mesir kuno), demotik (bahasa rakyat Mesir kuno), dan Yunani kuno.
Persaingan Dua Tokoh: Thomas Young dan Jean-François Champollion
Pemecahan kode hieroglif bukanlah hasil kerja satu orang dalam semalam. Ini adalah hasil dari usaha dan persaingan dua tokoh besar: Thomas Young dari Inggris dan Jean-François Champollion dari Prancis.
Thomas Young, seorang ilmuwan multidisiplin yang juga seorang dokter dan fisikawan, memulai penelitiannya terhadap Batu Rosetta pada awal 1810-an. Ia membuat terobosan penting dengan mengenali bahwa beberapa tanda hieroglif merupakan fonetik—mewakili bunyi, bukan hanya ide atau objek. Young juga berhasil mengidentifikasi nama-nama kerajaan seperti “Ptolemy” dari teks Yunani dan mencocokkannya dengan simbol hieroglif yang sesuai.
Namun, pendekatan Young masih terbatas. Ia masih menganggap sebagian besar hieroglif adalah simbol ideografik (berbasis gambar), bukan fonetik, dan ia tidak mampu menguraikan struktur bahasa Mesir kuno secara menyeluruh.
Di sisi lain, Jean-François Champollion, seorang jenius bahasa sejak kecil, membawa pendekatan yang lebih sistematis dan mendalam. Sejak usia muda, ia mempelajari banyak bahasa kuno, termasuk Koptik—turunan langsung dari bahasa Mesir kuno yang ditulis dengan huruf Yunani. Keterampilannya dalam Koptik menjadi kunci penting dalam penafsirannya terhadap hieroglif.
Pada tahun 1822, Champollion membuat terobosan besar. Ia menunjukkan bahwa hieroglif Mesir bukan hanya sistem simbol gambar, tetapi juga sistem fonetik yang kompleks, terutama dalam menulis nama asing dan kata-kata tertentu. Ia berhasil membuktikan bahwa banyak simbol dalam hieroglif mewakili bunyi-bunyi dalam bahasa Mesir kuno, dan ini membuka jalan bagi pembacaan keseluruhan sistem tulisan tersebut.
Champollion mempresentasikan temuannya dalam surat terkenal kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis, yang dikenal sebagai Lettre à M. Dacier, dan sejak saat itu ia dianggap sebagai “bapak ilmu Egyptologi.”
Kontroversi: Siapa yang Layak Disebut Penemu Sesungguhnya?
Young memang tidak menyelesaikan seluruh sistem, tetapi tanpa identifikasi awalnya terhadap elemen-elemen penting seperti nama raja, Champollion mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama untuk membuat terobosannya.
Sejarawan modern umumnya sepakat bahwa Young dan Champollion sama-sama memainkan peran penting. Young membuka pintu, tetapi Champollionlah yang berhasil masuk dan menyalakan lampu di ruangan gelap sejarah Mesir kuno.
Dampak Pemecahan Hieroglif
Pemahaman terhadap hieroglif mengubah dunia Egyptologi. Informasi tentang agama, pemerintahan, kehidupan sehari-hari, dan filsafat Mesir kuno terbuka lebar, memberikan kita wawasan yang luar biasa tentang salah satu peradaban tertua di dunia.
Penutup
Batu Rosetta adalah artefak luar biasa yang menjembatani masa lalu dan masa kini. Tetapi lebih dari sekadar sebuah batu, ia menjadi simbol kolaborasi dan persaingan ilmiah yang membuahkan hasil revolusioner.