Negara-negara Afrika menyerukan keadilan iklim dengan suara lantang dalam pertemuan internasional terbaru. Mereka menuntut negara maju segera mencairkan dana adaptasi yang telah dijanjikan sejak bertahun-tahun lalu. Desakan ini muncul karena negara-negara Afrika menghadapi dampak iklim paling parah, meskipun kontribusi mereka terhadap emisi global sangat kecil.
Para pemimpin Afrika menggelar forum di Nairobi untuk menyatukan sikap dan memperkuat tekanan terhadap negara-negara penghasil emisi besar. Mereka menggarisbawahi fakta bahwa perubahan iklim telah memicu kekeringan, banjir, dan krisis pangan yang menghantam jutaan warganya.
Presiden Kenya menegaskan bahwa negara-negara berkembang tidak bisa terus menunggu, sementara penderitaan rakyat terus meningkat. Ia menuntut pencairan dana iklim sebesar USD 100 miliar per tahun yang negara maju janjikan sejak 2015. Beberapa pemimpin, seperti dari Ethiopia dan Ghana, menyampaikan kekhawatiran bahwa janji ini hanya tinggal retorika tanpa aksi nyata.
Negara-negara Afrika juga mendesak adanya transfer teknologi ramah lingkungan, agar mereka bisa memperkuat ketahanan dan mengembangkan energi bersih secara mandiri. Mereka tidak hanya meminta bantuan, tapi juga menawarkan kerja sama dan solusi konkret.
PBB mendorong negara-negara maju untuk memenuhi janji iklim mereka sebelum krisis semakin memburuk. Beberapa slot bonanza perwakilan negara Eropa dan Amerika Utara mengakui keterlambatan, namun berjanji mempercepat komitmen keuangan mereka dalam waktu dekat.
Dengan tekanan yang semakin kuat dari negara berkembang, dunia kini harus menjawab:
Apakah mereka hanya akan bicara, atau mulai bertindak demi iklim yang adil?